Sabtu, 12 Maret 2011

Memang Gempa 8,9 SR itu Dahsyat ...

MINGGU, 13 MARET | 09:09 WIB

PM Kan: Bencana Ini Dahsyat

AP PHOTO/NTV JAPAN VIA APTN


Dahono Fitrianto

TOKYO, KOMPAS.com — Perdana Menteri Jepang Naoto Kan, Sabtu (12/3/2011) di Tokyo, mengatakan, gempa dengan kekuatan 8,9 pada Jumat mengakibatkan bencana besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gempa tektonik itu menyebabkan tsunami dan bocornya reaktor nuklir.

”Gempa dan tsunami yang memorakporandakan wilayah timur laut Jepang mengejutkan dunia dan menyebabkan bencana alam nasional terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Kan. ”Saya ingin warga bisa menghadapi semua ini, yang harus dijuluki sebagai bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mengharapkan peran Anda semua disertai upaya maksimal pemerintah dan badan-badan terkait pemerintah,” demikian pernyataan PM Kan secara nasional.

Gempa menghancurkan sejumlah wilayah daratan Jepang dan menyebabkan tsunami yang membuat 20 negara waspada pada Jumat.

Gempa juga telah menyebabkan kebocoran pada bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Co (Tepco), Sabtu.

PLTN itu tidak jauh dari Sendai, kota terdekat dari lokasi gempa. Lokasi PLTN itu sekitar 250 kilometer di utara Tokyo. Kebocoran terjadi akibat atap PLTN retak karena guncangan gempa.

Juru bicara Pemerintah Jepang, Yukio Edano, mengatakan, kebocoran reaktor nuklir itu tidak mengakibatkan radiasi tingkat tinggi. Meski demikian, wilayah dalam radius 10 km dari Tepco sudah dikosongkan. Barikade dipasang untuk mencegah warga mendekat. Tak lama setelah itu, pengosongan wilayah diperluas menjadi 20 km dari lokasi Tepco, yang terletak di Prefektur Fukushima. Kawasan dalam radius 20 km itu padat penduduk yang tersebar di sejumlah desa dan kota.

Yaroslov Shtrombakh, pakar nuklir Rusia, mengatakan, kebocoran reaktor nuklir itu dipastikan tidak akan separah yang pernah terjadi di Chernobyl, Rusia, pada tahun 1986.

Lumpuh

Gempa di Jepang telah menyebabkan pergeseran sumbu (aksis) bumi di lokasi gempa sejauh 25 sentimeter dan menggeser posisi Pulau Honshu, pulau utama di Jepang, sejauh 2,5 meter dari posisi sebelum gempa.

Hal ini menyebabkan banyak bangunan retak, tetapi tidak hancur total sebagaimana terjadi di banyak negara yang mengalami gempa dan tidak memiliki kualitas bangunan yang tahan gempa seperti di Jepang. Meski demikian, guncangan akibat gempa terasa sampai di Beijing, China, yang berjarak 2.092 km dari Tokyo.

Bandar Udara Internasional Narita di Tokyo sudah beroperasi kembali, Sabtu. Meski demikian, pelayanan bandara belum kembali pulih 100 persen. Bandara tersebut sempat ditutup semalaman setelah gempa. Tanda-tanda kerusakan akibat gempa terlihat di beberapa sudut Terminal 2 Bandara Narita.

Jadwal penerbangan juga belum sepenuhnya pulih. Bahkan, sebagian besar penerbangan yang dijadwalkan tiba di Narita, Sabtu pagi hingga siang, dibatalkan atau ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Akibatnya, ratusan penumpang terpaksa menginap dan tidur di bandara hingga Sabtu siang.

Penumpang yang baru tiba juga menumpuk di bandara karena mereka tidak bisa segera meninggalkan bandara menuju pusat kota Tokyo. Jalan raya bebas hambatan utama yang menghubungkan pusat kota Tokyo dan Bandara Narita masih ditutup akibat gempa sehingga seluruh layanan bus transportasi bandara belum dioperasikan hingga hari Minggu ini.

Kereta api menjadi satu-satunya andalan transportasi murah untuk menuju Tokyo, yang berjarak 80 kilometer dari Narita. Akan tetapi, antrean penumpang pun menjadi sangat panjang karena semua penumpang pindah ke moda transportasi ini.

Bagi yang memiliki uang lebih, taksi menjadi pilihan satu-satunya meskipun ongkosnya sangat mahal, yakni mencapai sekitar Rp 2 juta. Rombongan undangan Kementerian Luar Negeri Jepang, termasuk Kompas, juga terpaksa menggunakan taksi untuk mengikuti acara kampanye perlucutan senjata nuklir. Dibutuhkan waktu lebih dari 3 jam untuk mencapai hotel di kawasan Akasaka di pusat kota Tokyo, yang biasanya bisa ditempuh tidak lebih dari 2 jam.

Jalan bebas hambatan masih ditutup sehingga taksi terpaksa mengambil jalan biasa yang diwarnai kemacetan parah di mana-mana. Rombongan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla membutuhkan waktu hingga 12 jam untuk menempuh perjalanan dari Tokyo ke Narita. ”Kami tidak bergerak sama sekali selama 1,5 jam di Rainbow Bridge di Tokyo,” tutur asisten pribadi Jusuf Kalla, Yadi Jentak, Sabtu pagi.

Gempa susulan masih terus terjadi setiap beberapa menit yang sangat terasa di Bandara Narita.

Tumpukan sampah

Kantor berita Kyodo memberitakan gempa tersebut telah menyebabkan kematian 1.700 warga Jepang di dekat episentrum gempa, tidak jauh dari lepas pantai kota Sendai. Meski demikian, di kota pelabuhan Minamisanriku, Prefektur Miyagi, ada 10.000 orang yang tidak diketahui keberadaannya, menurut stasiun televisi NHK.

Puing-puing, termasuk rongsokan mobil dan reruntuhan bangunan, tidak saja menimpa pantai Sendai, kota yang paling parah terpukul gempa, tetapi di sepanjang pesisir pantai di timur laut Pulau Honshu juga bertumpukan puing-puing. Warga sama sekali tidak bisa berjalan karena terkepung puing-puing yang menutupi sebagian besar jalan di pantai pulau utama di Jepang itu.

Tsunami menerjang hingga 10 km ke daratan Pulau Honshu dari garis pantai. Tsunami membawa kapal-kapal yang terdampar, rumah-rumah yang roboh, mobil-mobil, pepohonan, dan apa saja ke daratan. ”Terjangan tsunami begitu dahsyat dan cepat,” kata Koichi Takairin (34), seorang sopir truk di Sendai.

Lebih dari 215.000 warga di sekitar episentrum gempa kini tinggal di 1.350 lokasi penampungan sementara di lima prefektur sebagaimana diutarakan Kepolisian Nasional Jepang.

Gempa menyebabkan satu juta rumah tangga tidak mendapatkan aliran air, terutama di timur laut Jepang. Di wilayah itu sekitar empat juta bangunan juga tidak mendapatkan aliran listrik.

”Setiap orang ingin keluar dari area ini, tetapi jalan-jalan tertutup karena ada tumpukan puing-puing,” kata Reiko Takagi, warga di Jepang timur laut.

Bala bantuan tenaga berdatangan dari sejumlah negara, mulai dari AS hingga Indonesia. Sebagian dari tim dunia itu akan melakukan pencarian orang-orang hilang, mengorganisasikan bantuan kemanusiaan, hingga pengadaan permukiman sementara bagi warga korban gempa.

Jefferies International Ltd, sebuah bank investasi, memperkirakan kerugian akibat gempa itu bisa mencapai 10 miliar dollar AS. Namun, ini jauh di bawah kerugian akibat gempa berkekuatan 7,2 skala Richter di Kobe, Jepang, tahun 1995 yang menyebabkan kerugian 100 miliar dollar AS. (REUTERS/AP/AFP/MON)



Kompas Cetak

Tidak ada komentar: