Minggu, 06 Januari 2008

Lingkungan Sarang Narkoba

Siang hari tadi, saya memenuhi permintaan tetangga yang mengajak untuk melihat beberapa rumah di jalan sebelah yang mau dijual. Salah satu rumah yang mau dijual tersebut berjarak sekitar 500 m dari rumah saya, milik seorang janda lumpuh yang sekitar bulan lalu ditinggal suaminya untuk menghadapNya, dia tinggal bersama seorang anak (angkat)nya. Pengamatan sekilas dari luar rumah tersebut seperti kurang terawat, dan sepertinya tidak berpenghuni.

Sebelum melihat dan menimjau rumah tersebut, saya diajak mampir di rumah tetangganya yang diberi amanah untuk menjual. Dari bapak tersebut mendapat informasi bahwa setiap malam rumah tersebut sangat mengganggu tetangganya, karena kegiatan kehidupan bebas anaknya tersebut yang diinformasikan juga sebagai pecandu narkoba. Bapak tersebut berpesan, kalau nanti masuk meninjau kerumah tersebut kita tidak perlu bertransaksi, karena kondisinya mereka tidak memungkinkan untuk berkomunikasi dengan baik. Transaksi dan negosiasi akan dilakukan oleh adik dari ibu tersebut.

Mulailah kami bertiga masuk ke rumah tersebut, yang kami jumpa pertama adalah dengan gadis cantik belasan tahun bersama temannya yang berpakaian kusut, minim, acuh, berpandangan kosong dan lelah. Mereka menjawab salam kami, tetapi mereka tidak merubah posisi duduknya dan seakan tidak menganggap kedatangan kami. Pada saat itulah saya baru sadar bahwa yang saya jumpai adalah seorang pecandu narkoba, yang seperti kata bapak tetangganya tersebut orangnya cuek dan liar. Mereka melihat dingin, tidak ada ekspresi, pandangan kosong. Seakan mengawasi tetapi tidak ada respon. Yang kami jumpai banyak sampah, kotoran dan sambutan lalat-lalat yang banyak berterbangan, dan bau.

Yang terpikir setelah saya keluar rumah tersebut adalah bagaimana kondisi ibu yang terbaring lumpuh sendiri di kamar dalam rumah tersebut. Bagaimana makannya, minumnya, buang airnya, kalau butuh bantuan, siapa yang akan membantunya. Sedangkan anak satu-satunya yang adapun perlu perawatan dan perhatian. Menurut bapak tetangganya tersebut, ibu pemilik rumah tersebut tidak bisa ditemui karena stress, dan kalau bicara ngaco, jadi, nanti kalau mau bicara biar menunggu adiknya yang akan mendampingi dan menerjemahkan kemauannya.

Yang terpikir setelah saya pulang adalah bagaimana nasib ibu dan anaknya yang dua-duanya perlu pertolongan, yang satu lumpuh dan strook, yang anaknya teler korban narkoba. Betapa rentannya mereka terhadap orang-orang yang memanfaatkan kelemahan mereka. Dan yang lebih mencengangkan adalah bahwa disekitar lingkungan kami adalah sarang narkoba, sesuatu yang selama ini saya anggap hanya isu saja, kalaupun ada paling hanya beberapa, tetapi rupanya dari info yang baru kami dapatkan, banyak pemuda yang mati sia-sia karena over dosis, dan banyak pemuda yang sakau/ketegihan narkoba, termasuk anaknya pak Ustad. Kalau sudah begini, yang terpikir tidak lagi beli rumahnya, melainkan bagaimana menyelamatkan keluarga kami dari bahaya narkoba. Saya tidak ngerti, ini tanggung jawab siapa, karena semuanya sudah acuh dan cuek. Tetapi bagaimanapun negara harus memperhatikan warganya yang sedang ketimpa kemalangan, termasuk ibu janda lumpuh yang lagi stress, dan juga anaknya yang linglung karena kecanduan narkoba.

Ya Tuhan, berilah petunjukMu kepada hambaMu ini, dan ampunilah segala dosa dan kesalahan kami. Bimbinglah kami kepada jalan lurusMu, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.

Tidak ada komentar: