Rabu, 16 Januari 2008

Penumpukan Cairan Tubuh, Apa Artinya ?

Penumpukan Cairan Tubuh, Apa Artinya?
PERSDA/BIAN HARNANSA
File foto 31 Mei 2006 dari Persda Network. Mantan Presiden Soeharto keluar dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, setelah dirawat hampir selama satu bulan sejak 5 Mei 2006.
Rabu, 16 januari 2008 | 16:33 WIB

Yang dialami mantan Presiden Soeharto hari-hari ini, selain penyakit yang dideritanya, diberitakan terjadi penumpukan cairan di dalam tubuh. Apa artinya ini? Mengapa sedemikian bermasalah?

Penyakit Pak Harto memang bukan baru. Jantungnya sudah memakai alat bantu pacu (pacemaker). Alat ini yang mengatur irama jantungnya agar sinkron dan teratur. Selain itu diberitakan ginjal Pak Harto sudah lama bermasalah.

Dua organ tubuh itu saja sudah menambah sekian penyulit pada tubuh. Lalu, dari mana datangnya cairan yang diberitakan menumpuk di dalam rongga tubuh, antara lain di rongga paru-paru?

Gangguan Ginjal
Sebagaimana kita tahu, tugas jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, selain mengirimkannya memasuki paru-paru. Dalam semenit sekitar lima liter darah dipompakan untuk mencukupi kebutuhan tubuh menerima sejumlah oksigen sekaligus membersihkan sejumlah darah lainnya di paru-paru.

Apabila kemampuan jantung memompakan darah sudah tidak optimal lagi, tugas memompa lima liter darah dalam semenit itu tidak lagi tercapai. Akibatnya, sejumlah darah terhambat alirannya, sebagian tertahan di jantung, sebagian di paru-paru. Sejumlah darah yang tertahan akibat pemompaan darah oleh jantung tidak optimal itulah yang mengakibatkan bendungan darah. Dalam keadaan demikian cairan merembes di antara sel-sel jaringan.

Jika darah tertahan di jantung kiri, misalnya, bendungan terjadi di paru-paru karena tidak seluruh darah bersih yang dipompakan bilik jantung kanan berhasil memasuki serambi jantung kiri. Lalu, terjadi bendungan di dalam serambi jantung kiri.

Akibat sejumlah darah terbendung, darah di paru-paru terbendung juga karena tidak lancar seluruhnya mengalir ke dalam jantung. Keadaan demikian yang menimbulkan penumpukan cairan di paru-paru.

Semakin banyak jumlah darah yang terbendung, semakin banyak jumlah cairan yang menumpuk karena keluar merembes. Jika bendungan darah terjadi di serambi jantung kanan yang menerima darah kembali dari seluruh tubuh, penumpukan cairan terjadi di tungkai dan kaki, sehingga tungkai dan kaki membengkak.

Jadi kelemahan pemompaan jantung dapat terjadi pada jantung kiri atau jantung kanan. Bisa juga pada kedua sisi jantung. Dengan demikian, gejalanya selain pembengkakan tungkai dan kaki, terjadi penumpukan cairan juga di paru-paru.

Penumpukan cairan tubuh juga diperburuk oleh fungsi ginjal yang sudah terganggu. Kasus kaki bengkak bukan hanya milik pasien yang jantungnya lemah. Perlu dipikirkan kemungkinan gangguan ginjal juga. Jangan lupa, satu lagi kemungkinan penyebab yang sama perannya dalam terjadinya penumpukan cairan tubuh, yakni gangguan hati.

Kasus bengkak oleh timbunan cairan (oedema) kemungkinan pada organ jantung, ginjal, atau hati, atau pada ketiganya adalah sumber masalahnya.Tentu saja tidak sama mekanisme penumpukan cairan yang disebabkan oleh masing-masing gangguan organ. Pada kasus gangguan ginjal, jika kerusakan terjadi, ginjal jadi bocor sehingga protein darah terbuang dalam urin.

Protein penting albumin amat vital untuk menahan cairan tubuh. Apabila albumin yang terbuang semakin banyak, tubuh gagal menahan cairannya. Cairan merembes ke luar di antara jaringan. Terjadilah oedema, dengan segala akibatnya.
Gangguan hati menyebabkan produksi protein berkurang, dengan akibat yang sama. Osmolaritas tak terjaga, sehingga cairan merembes ke luar dari darah dan mengisi jaringan, dengan gejala yang sama.

Penumpukan cairan di luar tubuh berupa pembengkakan, sembab, atau oedema. Bila penumpukannya terjadi di rongga tubuh disebut ascites. Bisa di rongga perut sehingga perut membuncit berisikan cairan, atau di rongga paru-paru, sehingga napas jadi sesak dan jantung terdesak.
Bukan saja karena gangguan fungsi organ-organ tersebut. Proses kanker atau adanya keganasan pada organ tersebut, berujung sama.

Hadirnya kanker paru-paru juga dapat berakibat terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga paru-paru. Demikian pula jika TBC sudah pada stadium berat. Hati yang sudah buruk fungsinya pada sirosis, misalnya, juga berakibat membuncitnya perut berisi cairan. Kondisi sama pada kanker kandungan.

Penyebabnya Diatasi
Untuk menanggulangi penumpukan cairan, pertama cairan yang menempati bagian tubuh yang bukan tempat semestinya itu harus dibuang. Biasanya dilakukan penyedotan. Untuk pembengkakan tungkai dan kaki dapat hanya diberikan obat diureticum, yang secara kimiawi membuang cairan yang salah tempat itu.

Setelah cairan yang salah tempat itu dikeringkan, dicari penyebabnya. Jika penyebabnya tidak diatasi, penumpukan cairan akan terbentuk kembali. Selama penyebabnya belum atau tak bisa diatasi, proses penumpukan cairan akan terus berlanjut.

Pada kasus Pak Harto, diberitakan fungsi jantung sudah tidak sinkron. Kita tahu pemakaian alat pacu jantung dimaksudkan untuk mensinkronkan irama jantung selaras dengan irama jantung normal, selain jumlah denyutan sesuai dengan kebutuhan tubuh yang diminta dari pemompaan jantungnya. Perlu berdenyut sejumlah tertentu, dengan kekuatan memompa sekuat tertentu, dan irama selaras tertentu.

Gangguan dalam denyut, kekuatan memompa, atau irama jantung, akan menurunkan fungsi jantung. Termasuk jika irama jantung kiri dan jantung kanan tidak sinkron seperti yang diberitakan tengah dialami Pak Harto. Dengan demikian, kerja jantung tidak efisien dan efektif. Itu sebab darah terbendung di dalam jantung, selain di paru-paru, lalu cairan merembes dan menumpuk di situ.

Setelah penumpukan cairan tubuh di mana-mana dikeringkan, ada kesempatan untuk mensinkronkan kembali irama jantung. Soal penyakit ginjal Pak Harto tidak jelas sudah seberapa besar kerusakannya, apakah masih dapat diatasi agar proteinnya tidak terus bocor sehingga berujung kemampuan tubuh menahan cairan semakin menurun.

Milik Tubuh Sendiri
Cairan yang merembes keluar itu jenis cairan serosa milik tubuh sendiri. Cairannya tidak berbahaya dan tergolong transudat.

Dampak cairan yang salah tempat ini hanya bersifat mekanis, menekan bagian organ yang berada di sekitar penumpukan cairannya saja. Di paru-paru menjadikan paru tidak mampu mengembang sempurna, sehingga keluhannya sesak napas, selain gerakan pompa jantung juga ikut terhambat jika rongga dada penuh diisi cairan abnormal.

Lain halnya apabila cairan yang berasal dari proses patologis kanker atau infeksi, misalnya. Jenis cairannya bukan lagi transudat, melainkan jenis eksudat yang berbeda secara fisis maupun kimiawinya.
Apabila penumpukan cairan terjadi di mana-mana bagian tubuh saking sudah beratnya gangguan fungsi organ yang bertanggung jawab terhadap penahanan cairan tubuh, terjadi penumpukan cairan tubuh menyeluruh atau ascites anasarca.

Kasus-kasus penyakit berat yang masuk ICU umumnya sudah mengalami gangguan lebih dari satu organ tubuh (multiorgan). Kasus terjadinya penumpukan cairan semacam Pak Harto bukan kejadian yang jarang.

Tidak ada komentar: