Sabtu, 16 Februari 2008

Banjir Pantura Sengsara Rakyat, Makanya Tanggulangi Penyebabnya !!

Pantura Jawa Rusak Lagi
Di Rembang Kendaraan Bergantian Gunakan Satu Jalur
KOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI / Kompas Images
Jalur pantura Pati-Juwana mulai dari Desa Mantingmulyo, Kecamatan Juwana, hingga Desa Cangkring, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terendam air setinggi 20-40 sentimeter, Jumat (15/2). Kejadian ini menyebabkan kemacetan sepanjang 22 kilometer, mulai dari Desa Tasikagung, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, hingga jalan lingkar kota Pati.
Sabtu, 16 Februari 2008 | 03:45 WIB

Cirebon, Kompas - Sebagian jalan pantai utara Pulau Jawa kembali rusak berat. Kerusakan yang terjadi di banyak lokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur itu merugikan pemakai jalan yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk bahan bakar dan perbaikan kendaraan yang rusak.

Perjalanan pun terhambat karena kendaraan harus berjalan perlahan saat melewati lubang di ruas jalan pantai utara (pantura) Pulau Jawa itu. Sebagian kendaraan bahkan rusak karena menerjang lubang di jalan.

Kerusakan jalan pantura tersebut disebabkan hujan dan banjir. Akibatnya, badan jalan menjadi lebih cepat mengelupas, bergelombang, dan berlubang dengan diameter dan kedalaman bervariasi.

Pengamatan Kompas, Jumat (15/2), menunjukkan, jalur pantura di Jawa Barat antara Cikampek dan Cirebon, misalnya, berlubang-lubang dalam di banyak lokasi.

Selepas Jalan Tol Cikampek, lubang-lubang jalan antara lain ditemukan di Balonggandu, Jatisari, Cikalongsari, Gamon (Kabupaten Karawang), lalu di Sarengseng, Patokbeusi, Sukamandi, dan Ciasem, serta Pamanukan, dan Pusakanegara (Kabupaten Subang). Kerusakan paling parah terjadi di ruas antara Patrol dan Lohbener (Kabupaten Indramayu). Kerusakan serupa terjadi pula di ruas Jatibarang hingga Susukan (Kabupaten Cirebon).

Lubang-lubang dengan kedalaman hingga 30 sentimeter tampak di kawasan ini. Jarak lubang satu dengan yang lain pun berdekatan sehingga sulit dihindari pemakai jalan.

Kerusakan di jalur pantura menyebabkan ongkos perawatan kendaraan membengkak. Onderdil berupa per, gardan, laher (bearing), velg, serta ban menjadi lebih sering rusak karena menghantam jalan berlubang.

Pujianto (53), sopir truk asal Kelurahan Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, yang ditemui saat berhenti di Klari, Kabupaten Karawang, Jumat malam, mengatakan, gardan serta laher yang biasanya kuat tujuh bulan hingga satu tahun kini hanya bertahan 4-5 bulan. Padahal, harga onderdil dan ongkos pemasangan mencapai Rp 130.000 hingga Rp 3 juta.

”Itu belum termasuk ban dan velg yang jadi sering pecah, juga risiko kecelakaan yang semakin tinggi,” ujar Puji, yang tengah mengangkut mebel serta sepatu dari Yogyakarta ke Jakarta itu.

”Dengan kondisi jalan seperti ini, saya hanya berani jalan 40 kilometer per jam. Jika biasanya dari Kuningan berangkat pukul 09.00 dan tiba di Tangerang pukul 21.00, kini jadi lebih lama bahkan sampai pukul 02.00,” kata Sukria, pengemudi truk bermuatan kayu kemasan seberat 18 ton dari Kuningan.

Kondisi serupa tampak di ruas antara Kabupaten Brebes dan Kota Tegal, Jawa Tengah. Kerusakan di Brebes merata di sepanjang jalur antara Kecamatan Brebes dan Losari. Kerusakan terparah terlihat di ruas antara Losari, Tanjung, dan Bulakamba.

Imam (35), pengendara mobil yang melintas di jalur pantura Brebes, mengaku terganggu dengan kerusakan jalan tersebut. Ban mobilnya kempis akibat menerjang lubang jalan.

Jalan bergantian

Di jalan pantura Desa Tasikagung, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, kendaraan bermotor berjalan bergantian memakai satu jalur karena jalan berlubang cukup dalam yang melebar hingga separuh jalan. Akibatnya, arus lalu lintas menjadi macet.

Di dua lokasi lain juga terjadi kemacetan, disebabkan genangan air yang menutup jalan berlubang hampir di sepanjang jalan pantura antara Pati dan Juwana. Sejumlah sepeda motor mogok, sedangkan kendaraan angkutan berat melintas secara bergantian. Sebagian besar kernet truk turun ke jalan memandu sopir.

Kemacetan mengakibatkan waktu tempuh Rembang-Pati atau arah sebaliknya bertambah lama. Pengendara sepeda motor yang biasa menempuh jalan sepanjang 36 kilometer itu selama 45 menit kini harus menempuh sekitar 3-4 jam.

Wakil Kepala Kepolisian Resor Pati Komisaris Carto Nuryanto melalui Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional Kepolisian Resor Pati Inspektur Satu Amlis Chaniago mengatakan, sebenarnya kendaraan besar itu mampu menembus banjir. Akan tetapi, sopir khawatir dengan banyaknya jalan berlubang di jalan itu.

Pengalihan jalur tidak mungkin dilakukan untuk kendaraan besar. Karena itu, polisi menerapkan sistem buka tutup.

Di jalur pantura Jawa Timur, kerusakan jalan di antaranya ditemukan di wilayah Babat (Kabupaten Lamongan), yakni di ruas Gembong, Moropelang, hingga Desa Tritunggal. Di ruas itu banyak batas cor jalan berlubang, menyebabkan jalan putus-putus. Kondisi yang sama tampak di Kecamatan Sukodadi, mulai Desa Kruwul hingga Plosowahyu.

Kondisi jalan kurang bagus juga terdapat di wilayah Duduksampeyan hingga Bunder, Kabupaten Gresik.

Menurut catatan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Jatim, pada tahun 2007, dari 1.899,21 kilometer jalan nasional di Jatim, sepanjang 1.076,56 kilometer di antaranya dalam kondisi rusak. ”Kondisi jalan yang rusak memberatkan kami karena arus barang terganggu. Biaya pun membengkak,” ungkap Ketua Organda Jatim Mustafa, Jumat.

Di Jatim saat ini terdapat lebih dari 10.000 unit angkutan darat. Semua angkutan itu terancam karena ruas jalan yang rusak semakin banyak. ”Pemeliharaan kendaraan menjadi semakin mahal karena kendaraan jadi cepat rusak. Belum lagi jika harus mengambil rute alternatif yang lebih jauh, berarti menghabiskan BBM lebih banyak,” paparnya.

Hal senada dikatakan pengusaha angkutan dan bongkar muat di Surabaya, Kody Lamahayu Fredy. Ia mengingatkan, banyaknya jalan rusak berpengaruh terhadap usia dan mesin angkutan, seperti per patah dan ban meletus. Baik Mustafa maupun Kody belum bisa memperkirakan jumlah kerugian.(HEN/NIT/MKN/WIE/ACI/BEE)

Tidak ada komentar: