Senin, 04 Februari 2008

Ulang Tahun Yang Bikin Sengsara dan Memalukan: Banjir Tol Bandara Sukarno Hatta


Senin, 4 Februari 2008 | 01:55 WIB

R ADHI KUSUMAPUTRA

Bagaimana jadinya jika sebuah bandara internasional tiba-tiba lumpuh total? Itulah yang terjadi pada Bandara Soekarno-Hatta. Tidak terhitung jumlah orang yang tersiksa dan telantar.

Sejak hari Jumat (1/2) lalu, jadwal penerbangan di Terminal 1 dan 2 bandara tersebut kacau-balau. Pertama, bandara ini ditutup selama lima jam akibat landasan pacu tergenang air dan jarak pandang di bawah 300 meter, sedangkan normalnya 600 meter. Penutupan ini dampaknya terasa sampai hari Sabtu dan Minggu. Banyak calon penumpang dengan berbagai tujuan telantar dan marah-marah.

Kedua, akses Jalan Tol Sedyatmo yang menuju bandara itu terputus akibat terendam banjir antara Km 24 dan Km 27 dengan ketinggian 70-160 sentimeter (cm).

Situasi ini berakibat pada pengalihan lalu lintas menuju bandara melalui Kota Tangerang. Mereka yang akan terbang pun terjebak macet berjam-jam di dalam Kota Tangerang.

Pada hari Sabtu kota itu tiba-tiba sesak. Karena akses Jalan Tol Sedyatmo belum normal, mereka yang baru mendarat di bandara pun mau tak mau harus lewat pintu belakang dan melalui jalan di dalam Kota Tangerang. Betapa ruwet, sesak, dan semrawutnya semua jalan di Kota Tangerang, terutama yang berakses ke bandara. Sementara rambu-rambu yang diharapkan dapat membimbing pengguna jalan tidak memadai di persimpangan-persimpangan jalan. Singkatnya, banyak orang yang tersesat.

Di bandara ini banyak orang marah. Sebagian mereka bisa memahami kekacauan ini akibat cuaca buruk dan kondisi alam, tetapi mereka tak bisa paham mengapa maskapai penerbangan seolah ”mengambil kesempatan dalam kesempitan”. Uang tiket calon penumpang dinyatakan hangus, dipotong, dan pada intinya merugikan konsumen.

Berulang kali terjadi ”keributan” di kantor-kantor maskapai penerbangan di Terminal 1 ataupun Terminal 2. Kata-kata kasar pun acap terdengar, bahkan dengan nuansa ancam-mengancam.

Kepala Kepolisian Resor Metro Bandara Soekarno-Hatta Komisaris Besar Guntur Setyanto mengerahkan anggotanya pada siang dan malam untuk mengamankan bandara, mengantisipasi meluasnya kekacauan. Bala bantuan dari Polda Metro Jaya pun diturunkan.

Gagal

Pebisnis asal Mesir, Rushdi Mohammed, juga marah karena tak jadi berangkat sehingga transaksi bisnisnya dengan pengusaha CPO di Bengkulu batal. Hilanglah kesempatan bisnis bernilai 20.000 dollar AS pada hari itu. Dewi Aryani, karyawati yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, bersama teman-temannya kehilangan kesempatan menyaksikan ”sunset” di Pantai Kuta, Bali, akibat pesawat terlambat terbang.

Eddy Aprianto, pegawai negeri sipil Pemerintah Kota Sukabumi jengkel karena tak bisa menghadiri pemakaman orangtuanya di Bengkulu. Padahal, ia sudah berangkat sejak pagi dari Sukabumi, kemudian naik taksi dari Bogor ke Bandara menghabiskan Rp 300.000-an agar mengejar waktu check-in, tetapi akhirnya malah telantar berjam-jam di bandara. Bagaimana Eddy tidak mengamuk ketika setiba di bandara, ia mendapat jawaban tiketnya sudah hangus.

Sebanyak 51 mahasiswi Akademi Kebidanan Gorontalo yang baru mengikuti studi banding di RSAB Harapan Kita, Jakarta, telantar seharian di bandara pada hari Sabtu hanya karena terjebak macet berjam-jam dalam perjalanan menuju bandara.

Mereka sudah berangkat sejak pukul 01.30, tetapi karena bus yang ditumpangi berputar-putar, sempat ke Jalan Tol Sedyatmo, ”dilempar” ke Tangerang, sampai akhirnya tiba di bandara pukul 09.05. Sementara pesawat mereka lepas landas pukul 09.00! Sang dosen sempat pingsan setelah adu mulut dengan pihak maskapai penerbangan.

Cerita-cerita semacam ini terus mengalir tanpa ada yang dapat memberi solusi. Mereka sudah menunggu berjam-jam di bandara tanpa diberi kompensasi makan atau minum.

Administrator Bandara Internasional Soekarno-Hatta Herry Bakti menyebutkan, sudah ada kesepakatan antardireksi maskapai penerbangan bahwa tidak akan ada penghangusan ataupun pemotongan uang tiket. Namun, implementasi di lapangan tidaklah demikian.

Selama akses Jalan Tol Sedyatmo direndam banjir, selama itu pulalah jadwal penerbangan tidak teratur. Saat ini bandara sudah siap, tetapi bagaimana dengan pilot, kopilot, pramugara, pramugari, dan para penumpang yang terjebak macet di jalan menuju bandara?

Kisruhnya bandara bisa jadi mencerminkan wajah negeri ini, bangsa ini. Banyak persoalan yang penyelesaiannya tidak pernah tuntas, seolah dibiarkan.

Tidak ada komentar: