Jumat, 15 Februari 2008

Impor Beras Tak Bisa Lagi Seimbangkan Fluktuasi Harga


Jum at, 15 Feb 2008 | 18:49 WIB

TEMPO Interaktif, Bandung:Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar menyatakan, impor beras tidak bisa lagi diandalkan sebagai penyeimbang fluktuasi harga beras di dalam negeri. “Mengandalkan impor, apalagi untuk memenuhi kebutuhan raskin (beras untuk warga miskin) adalah terlalu beresiko,” katanya di depan peserta rapat Sosialisasi Pengadaan Gabah/Beras Dalam Negeri di kantor Dinas Pertanian Jawa Barat Bandung, Jumat (15/2).

Dia menjelaskan, selama ini importasi menjadi “penyelamat” untuk meredam kenaikan harga beras di dalam negeri. Kekurangan beras di dalam negeri yang diikuti oleh naiknya harga bahan makanan itu, dia melanjutkan, selalu ditutupi dengan kebijakan impor beras karena harga komoditi tersebut di luar negeri jauh di bawah harga beras di dalam negeri.

Abubakar memaparkan, pajak impor yang dibebankan pada komoditas itu ditambah harga pasaran beras luar negeri selama ini selalu masih di bawah harga beras dalam negeri. Namun saat ini, ia menambahkan, uang yang dikeluarkan untuk mendatangkan komoditas beras dari luar negeri sudah di atas harga beras dalam negeri.

Kenaikan harga beras dunia itu diharapkan bisa menjadi pemicu bagi petani agar menggenjot produksi beras dalam negeri.

Dia pun berharap agar harga beras dalam negeri masih dalam kisaran Harga Pokok Pembelian (HPP) yang tercantum dalam Inpres nomor 3/2007 tentang Kebijakan Perberasan yakni Rp 4.000 per kilogramnya (harga ini menjadi patokan Bulog untuk membeli beras), kendati diakuinya muncul keluhan harga itu masih rendah. “Jangan terlalu merisuaikan harga yang terlalu rendah sekarang,” katanya.

Dengan begitu, dia berharap akhir tahun ini harga beras dunia akan sama dengan harga beras dalam negeri. “Kalau sudah sama harganya, begitu ada kelebihan (produksi), mengekspor ke manapun gampang. Kalau hari ini kelebihan beras, kita tidak bisa menjualnya ke negara manapun,” katanya.

Ahmad Fikri

Tidak ada komentar: